v PENDAHULUAN
I
Ø Latar
Belakang Masalah
Hampir
di setiap sekolah kita bisa menjumpai program Bimbingan dan Konseling. Hal ini
bukan semata terletak pada landasan atau ketentuan dari atas, namun yang lebih
penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu
mengembangkan potensi dirinya.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa keberadaan BK di sekolah saat ini sangat dibutuhkan. Hal
ini menyangkut tugas dan perannya terhadap peserta didik seperti yang
dikemukakan di atas. Lebih dari itu iklim dan lingkungan yang “tidak sehat”
membuat keberadaan BK menjadi sangat urgen dan mutlak ada.
Kenakalan siswa, misalnya. Itu merupakan salah satu faktor penyebab lingkungan / iklim menjadi rusak. Dan siswa merupakan aktor utama dalam peristiwa tersebut. Kalau ditanya mengapa terjadi kenakalan remaja? Tentu jawabannya akan dikaitkan dengan tokoh pemainnya, yaitu para siswa itu sendiri, mengapa mereka bisa berbuat demikian. Nah, di sinilah peran BK untuk mencari tahu.
Kenakalan siswa, misalnya. Itu merupakan salah satu faktor penyebab lingkungan / iklim menjadi rusak. Dan siswa merupakan aktor utama dalam peristiwa tersebut. Kalau ditanya mengapa terjadi kenakalan remaja? Tentu jawabannya akan dikaitkan dengan tokoh pemainnya, yaitu para siswa itu sendiri, mengapa mereka bisa berbuat demikian. Nah, di sinilah peran BK untuk mencari tahu.
Kenakalan
siswa merupakan suatu bentuk perilaku siswa yang menyimpang dari aturan
sekolah. Kenakalan siswa banyak macamnya. Salah satunya ialah membolos atau
masuk tidak teratur. Disebut kenakalan remaja karena membolos merupakan
perilaku yang melanggar aturan sekolah.
Ø Rumusan
Masalah
Dalam
makalah ini, penyusun mencoba membahas sejauh mana peran BK dalam mengatasi
siswa yang suka membolos tersebut. Adapun rumusan masalah yang dibahas ialah:
1.
Pengertian Bimbingan Konseling dan membolos
2.
Faktor-faktor penyebab siswa membolos
3.
Akibat yang ditimbulkan oleh siswa membolos
4. Peran
BK dalam mengatasi siswa yang suka membolos
v
PEMBAHASAN II
Kehadiran
yang tidak teratur merupakan problem besar di sekolah-sekolah saat ini.
Ketidakhadiran yang dimaksud di sini adalah ketidakhadiran yang disebabkan
kaena alasan yang tidak jelas, bukan karena alasan sakit atau lainnya. Jika
ketidakhadiran siswa dikarenakan sakit atau ada kepentingan, dalam artian masih
bisa memberikan alasan yang jelas, hal itu masih bisa diterima. Tetapi jika
alasannya tidak jelas mengapa ia tidak hadir / masuk sekolah, hal ini perlu
penanganan serius. Sebab cepat atau lambat masalah ini akan berdampak buruk
baik untuk siswa itu sendiri maupun lingkungan sekolahnya.
1. Pengertian
BK dan membolos
Bimbingan
(guide / guidance) dapat disama artikan dengan mengarahkan, memandu (guide).
Jadi bimbingan adalah kegiatan memandu / mengarahkan siswa untuk menemukan jati
dirinya atau membantu siswa menemukan jalan keluar yang terbaik dalam hidupnya
dengan mempertimbangkan segi positif dan negatif bagi siswa itu sendiri.
ü Pengertian
Membolos
Membolos
dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan
yang tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan ketidak hadiran tanpa alasan yang jelas.
Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak
segera diselesaikan / dicari solusinnya dapat menimbulkan dampak yang lebih
parah. Oleh karena itu penanganan terhadap siswa yang suka membolos menjadi
perhatian yang sangat serius. Penanganan tidak saja dilakukan oleh sekolah,
tetapi pihak keluarga juga perlu dilibatkan. Malah terkadang penyebab utama
siswa membolos lebih sering berasal dari dalam keluarga itu sendiri. Jadi
komunikasi antara pihak sekolah dengan pihak keluarga menjadi sangat penting
dalam pemecahan masalah siswa tersebut.
2. Faktor-faktor
Penyebab Siswa Membolos
a. Faktor
Keluarga
Mungkin
kita pernah mendengar (atau mungkin sering) ada siswa yang tidak diperbolehkan
masuk sekolah oleh orang tuanya. Untuk suatu alasan tertentu mungkin hal ini
dianggap paling efisien untuk mengatasi krisis atau permasalahan dalam
keluarganya. Misalkan kakaknya sakit, sementara kedua orang tuanya harus pergi
bekerja mencari nafkah. Untuk menemani kakaknya tersebut maka adiknya terpaksa
tidak masuk sekolah. Untuk alasan tersebut bolehlah sang adik tidak masuk
sekolah. Tapi yang menjadi masalah terkadang anak tersebut tidak membuat surat
izin kepada pihak sekolah, sehingga piha sekolah tidak tahu duduk
permasalahannya. Yang mereka tahu si A membolos. Sementara dampaknya bagi anak
tersebut ialah ia harus kehilangan waktu belajarnya. Jika hal ini menjadi
kebiasaan (membolos) lambat laun siswa tersebut tidak peduli lagi dengan
peraturan. Ia akan berbuat seenaknya, terserah mau masuk atau tidak.
ü
Orang tua tidak peduli pendidikan
Selain
itu sikap orang tua terhadap sekolah juga memberi pengaruh yang besar pada
anak. Jika orang tua menganggap bahwa sekolah itu tidak penting dan hanya
membuang-buang waktu saja, atau juga jika mereka menanamkan perasaan pada anak
bahwa ia tidak akan berhasil, anak ini akan berkurang semangatnya untuk masuk
sekolah. Biasanya sikap orang tua yang menganggap bahwa pendidikan itu tidak
penting karena mereka sendiri orang yang kurang berpendidikan. Akibatnya penghargaan
terhadap pendidikan hanya dipandang sebelah mata. Bahkan mereka menuntut agar
anak-anaknya untuk bekerja saja mencari uang. Ironisnya mereka juga menuntut
agar anaknya memperoleh hasil yang lebih besar dari kemampuan anak tersebut.
Orang tua seperti ini tidak memiliki pandangan jauh ke depan, sebagai imbasnya
masa depan anaklah yang menjadi korban.
ü
Membeda-bedakan anak,
Ada
orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan bagi anak laki-laki lebih penting
daripada anak perempuan. Anak laki-lakilah yang menjadi tumpuan dan kebanggaan
keluarga, sementara anak perempuan pada akhirnya akan kawin dan hanya mengurusi
masalah dapur, sehingga tidak memerlukan pendidikan yang terlalu tinggi. Dalam
hal ini anak perempuan didorong untuk tidak masuk sekolah.
ü
Mengurangi uang saku
Meskipun
tidak semua anak menginginkan uang saku yang banyak, namun tidak sedikit pula
anak-anak yang merasa kurang percaya diri jika uang saku mereka sedikit
dibanding dengan teman-temannya. Sehingga akibatnya pada anak tersebut ialah ia
menjadi malas untuk masuk sekolah.
Di zaman modern seperti sekarang ini uang selalu dapat berbicara, tak terkecuali pada bidang pendidikan. Banyak sekolah-sekolah yang mengharuskan siswa-siswanya untuk membeli LKS, buku wajib, dan segala dan kebutuhan lain demi kepentingan proses belajar. Untuk barang-barang tersebut kadang orang tua tidak mau mengeluarkan uang untuk membelinya. Maka siswa yang tidak membeli akan malu pada siswa lain yang membeli. Dan siswa yang tidak membeli akan malas untuk berangkat ke sekolah.
Di zaman modern seperti sekarang ini uang selalu dapat berbicara, tak terkecuali pada bidang pendidikan. Banyak sekolah-sekolah yang mengharuskan siswa-siswanya untuk membeli LKS, buku wajib, dan segala dan kebutuhan lain demi kepentingan proses belajar. Untuk barang-barang tersebut kadang orang tua tidak mau mengeluarkan uang untuk membelinya. Maka siswa yang tidak membeli akan malu pada siswa lain yang membeli. Dan siswa yang tidak membeli akan malas untuk berangkat ke sekolah.
b. Rendah
Diri
Sering
rasa kurang percaya diri menjadi penghambat segala aktifitas. Faktor utama
penghalang kesuksesan ialah kurangnya rasa percaya diri. Ia mematikan
kreatifitas siswa. Meskipun begitu banyak ide dan kecerdasan yang dimiliki
siswa, tetapi jika tidak berani / merasa tidak mampu untuk melakukannya sama
saja percuma. Perasaan diri tidak mampu dan takut akan selalu gagal membuat
siswa tidak percaya diri dengan segala yang dilakukannya. Ia tidak ingin malu,
merasa tidak berharga, serta dicemooh sebagai akibat dari kegagalan tersebut.
Perasan
rendah diri tidak selalu muncul pada setiap mata pelajaran. Terkadang ia merasa
tidak mampu dengan mata pelajaran matematika, tetapi ia mampu pada mata
pelajaran biologi. Pada mata pelajaran yang ia tidak suka, ia cenderung
berusaha untuk menghindarinya, sehingga ia akan pilih-pilih jika akan masuk
sekolah. Sementara itu siswa tidak menyadari bahwa dengan tidak masuk sekolah
justru membuat dirinya ketinggalan materi pelajaran. Melarikan diri dari
masalah malah akan menambah masalah tersebut.
c. Perasaan
Termarginalkan
Perasaan
tersisihkan tentu tidak diinginkan semua orang. Tetapi kadang rasa itu muncul
tanpa kita inginkan. Seringkali anak dibuat merasa bahwa ia tidak diinginkan
atau diterima di kelasnya. Perasaan ini bisa berasal dari teman sekelas atau
mungkin gurunya sendiri dengan sindiran atau ucapan.
Siswa yang ditolak oleh teman-teman sekelasnya, akan merasa lebih aman berada di rumah. Ada siswa yang tidak masuk sekolah karena takut oleh ancaman temannya. Ada juga yang diacuhkan oleh teman-temannya, ia tidak diajak bermain, atau mengobrol bersama. Penolakan siswa terhadap siswa lain dapat disebabkan oleh faktor tertentu, misalnya faktor SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan).
Siswa yang ditolak oleh teman-teman sekelasnya, akan merasa lebih aman berada di rumah. Ada siswa yang tidak masuk sekolah karena takut oleh ancaman temannya. Ada juga yang diacuhkan oleh teman-temannya, ia tidak diajak bermain, atau mengobrol bersama. Penolakan siswa terhadap siswa lain dapat disebabkan oleh faktor tertentu, misalnya faktor SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan).
d. Sebab
yang Berasal dari Sekolah
Sekolah
merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Di sana tempat siswa-siswa
belajar ilmu pengetahuan. Belajar akan lebih berhasil bila bahan yang
dipelajari menarik perhatian anak. Karena itu bahan harus dipilih yang sesuai
dengan minat anak atau yang di dalamnya nampak dengan jelas adanya tujuan yang
sesuai dengan tujuan anak melakukan aktivitas belajar.
Jadi suasana kelas sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Selain itu, tujuan pembelajaran yang jelas juga akan memudahkan siswa dalam pemahamannys. Sehingga siswa tidak akan bosan dan mudah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Jadi suasana kelas sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Selain itu, tujuan pembelajaran yang jelas juga akan memudahkan siswa dalam pemahamannys. Sehingga siswa tidak akan bosan dan mudah mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Akibat
yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos
Anak
yang dapat ke sekolah tapi sering membolos, akan mengalami kegagalan dalam
pelajaran. Meskipun dalam teori guru harus bersedia membantu anak mengejar
pelajaran yang ketinggalan, tetapi dalam prakteknya hal ini sukar dilaksanakan.
Kelas berjalan terus. Bahkan meskipun ia hadir, ia tidak mengerti apa yang
diajarkan oleh guru, karena ia tidak mempelajari dasar-dasar dari mata
pelajaran-mata pelajaran yang ddiperlukan untuk mengerti apa yang diajarkan.
Selain
mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami marginalisasi
atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya. Hal ini kadang terjadi manakala
siswa tersebut sudah begitu “parah” keadaannya sehingga anggapan teman-temannya
ia anak nakal dan perlu menjaga jarak dengannya.
Hal yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa membolos ialah hilangnya rasa disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila diteruskan, siswa akan acuh tak acuh pada urusan sekolahnya. Dan yang lebih parah siswa dapat dikeluarkan dari sekolah.
Hal yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa membolos ialah hilangnya rasa disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila diteruskan, siswa akan acuh tak acuh pada urusan sekolahnya. Dan yang lebih parah siswa dapat dikeluarkan dari sekolah.
Lalu
karena tidak masuk, secara otomatis ia tidak mengikuti pelajaran yang
disampaikan guru. Akhirnya ia harus belajar sendiri untuk mengejar
ketertinggalannya. Masalah akan muncul manakala ia tidak memahami materi
bahasan. Sudah pasti ini juga akan berpengaruh pada nilai ulangannya.
4. Peran
dan Fungsi Bimbingan Konseling (BK) dalam Mengatasi Siswa yang Suka Membolos
Kewajiban
sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi otak anak-anak dengan
berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha membentuk pribadi anak menjadi
manusia yang berwatak baik. Mengajar tidak sekedar transfer pengetahuan, tetapi
lebih kepada usaha untuk membentuk pribadi santun dan mampu berdiri sendiri.
Sehingga jika terjadi suatu permasalahan pada siswa, pendidik / pihak sekolah
juga turut memikirkannya, berusaha mencarikan jalan keluar.
Dalam
menghadapi anak tersebut peran BK sangatlah penting. Sebagai sarana untuk
mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan personal,
harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing
dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang sedang dihadapi
siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan membolos memang tidaklah mudah dan
sangatlah minim kemungkinannya.
Tetapi
usaha untuk meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada. Dan salah
satu usaha dari pihak sekolah ialah dengan program Bimbingan Konseling (BK). Kita
mungkin pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum
karena membolos. Padahal menghukum bukanlah satu-satunya jalan untuk membuat
siswa jera dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah
menjadikan anak lebih bengal dan lebih susah ditangani. Sebab siswa remaja
merupakan masa kondisi emosi yang tidak labil, mudah tersinggung dan mudah
sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk, jika dipaksakan untuk lurus maka ia akan
patah. Oleh karena itu penanganannya harus hati-hati.
Tindakan
yang dapat dilakukan
Dengan
mengetahui faktor-faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana kondisi
permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa
yang membolos mau menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika siswa masih
bersikap tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos,
maka pembimbing menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya.
Begitu semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil
tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di atas,
pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang baik
akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya.
Tidak
teraturnya anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada siswa. Ada banyak
sebab yang terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak Jadi
kegiatan membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari luar
yang juga turut andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu, tugas BK
selain memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya
sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu
pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada
kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.
v
KESIMPULAN III
Membolos
merupakan salah satu kenakalan siswa yang dalam penanganannya perlu perhatian
yang serius. Memang tidak sepenuhnya kegiatan membolos dapat dihilangkan,
tetapi usaha untuk meminimalisir tetap ada. Melalui program BK, pihak sekolah
berupaya mencari solusi bagi mereka yang suka membolos. Karena membolos terkait
berbagai faktor, maka dalam penyelesaiannya tidaklah mudah. Oleh karena itu
pihak sekolah juga mengikutsertakan orang tua.
Dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah (dalam hal ini BK) dan orang tua siswa, permasalah membolos siswa diharapkan dapat diselesaikan sehingga tidak menjalar kepada siswa lainnya.
Dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah (dalam hal ini BK) dan orang tua siswa, permasalah membolos siswa diharapkan dapat diselesaikan sehingga tidak menjalar kepada siswa lainnya.
0 Comments:
Post a Comment